Kamis, 04 Oktober 2007

Aku dan angkot

Semalam aku benar-benar shock. gimana tidak, hampir saja terjadi kejadian yan gsangat memalukan. Awal ceritanya bermula dari niat untuk berbuka puasa di Fakultas. Sebenarnya ada ebberapa agenda buka puasa yang bersamaan, mulai dari buka puasa angkatan, buka puasa rohis dan buka puasa teman-teman di KAMMI. Namun setelah dipertimbangkan, saya lebih memilih untuk berbuka puasa bersama teman-teman di Rohis.
Menjelang Ashar, saya tak menampakkan diri di depan teman-teman angkatan yang sedang berkumpul di lego-lego--tempat duduk melingkar dengan sebuah meja di tengahnya. Bukan karena saya tidak ingin bergabung dengan mereka, tapi terlebih menghindari "perasaan tidak enak" ketika harus menolak ajakan itu, atau berpura-pura mengiyyakan agar mereka tidak kecewa meski jauh di lubuk hati mengingkari untuk hadir. Jadilah saya berdiam diri di musholla pasca sarjana.
Sebenarnya acara buka puasa angkatan tersebut, terbilang acara buka puasa yang terakhir mengingat usia kami yang sebentar lagi akan meninggalkan kampus ungu. Banyak teman-teman yang merencanakan sarjana di bulan tiga nanti. Sangat disayangkan juga sih aku tidak ikut acara itu. Namun saya tidak menyesali pilihanku untuk mengikuti acara buka puasa Rohis di Fakultas. Selain lebih hemat biaya, banyak ilmu dan manfaat lainnya yang akan diperoleh dan tentunya jauh lebih terasa "kekhusyu'an" berbukanya.
Saya sangat memahami kekecewaan teman-teman karena ketidakhadiranku di buka puasa angkatan. Sms mereka masuk ke inboxku bergantian. Satu kesimpulan atas pesan-pesan mereka, aku tidak setia kawan! Mungkin mereka ada benarnya juga, tapi setiap pilihan memang menggandeng sebuah konsekuensi bukan? dan itulah konsekuensinya. Dianggap tidak setia kawan. Saya tidak mempermasalahkannya karena tidak lama setelah itu, mereka pasti akan melupakannya. Hakikat persahabatan seperti itu kan? Melupakan kesalahan-kesalahan teman!
Kembali ke cerita buka puasa bersama teman-teman Rohis dan Pak Dekan juga PD III. alhamdulillah berlangsung khidmat sekali. Ceramah pengantar berbuka benar-benar menyentuh, mengisi hatiku yang kosong! Kebersamaan dalam cinta, tawa dan keceriaan menjadikan suasana sangat bersahabat.
Begitu kumandang azan terdengar, meski sayup-sayup nun jauh disana, kami pun mengakhiri puasa kami seraya berdo'a, bersyukur atas nikmat luar biasa sepanjang hari ini. Pasca tegukan es buah, kamipun sholat maghrib berjamaah. Ayat demi ayat terlantunkan syahdu dalam keheningan senja di Fakultas.
Semuanya berjalan sesuai agenda panitia. Dan sebagai acara penutup, kami menyantapan nasi bungkus secara berjamaah, bersama dalam segala keterbatasan. Namun tak terhingga atas cinta persaudaraan yang terjalin, melingkar diantara jari jemari kami. Dan layaknya setiap kegiatan, pasti selalu berakhir dengan perpisahan. Seperti aku, yang lainpun menuju kediaman masing-masing.
Dengan damainya, akupun melaju bersama penumpang yang lain dalam angkutan umum. Seorang dari merekapun tak ada yang kukenal, namun telah menjadi bagian dari hidupku untuk menebar sapa dan senyum dengan orang-orang yang berada di sekitarku. Kelebihan hormon PD kali ya :-P. Menghampiri tempat untukku berganti angkutan, aku mencari dompet untuk membayar jasa angkutan tersebut. Dan Innalillah... dompetku tak ada di tas. Aku merogoh kantongku, mungkin saja tersimpan beberapa lembar uang seribuan namun nihil, kantongku kosong sama sekali. Aku bingung, namun tak kubiarkan diriku larut dalam kepanikan. Kutarik napas dalam-dalam berharap beban yang menggantung di dada segera menghilang. Sesaat kemudian, aku teringat bahwa dompet yang berisi uang dan kartu-kartu lainnya kutitipkan di salah seorang teman ketika berwudhu tadi menjelang maghrib. Alhamdulillah... aku sedikit lega. Setidaknya tidak bersusah payah lagi mengurus kartu-kartu yang ada di dalamnya. Hukum di Indonesia terlalu berbelit untuk suatu pengurusan, masalahnya!
Untuk memastikan, aku menelpon teman yang telah kutitipi dompetku itu. Namun tiba-tiba muncul suara sumbang "Maaf, pulsa Anda tidak mencukupi untuk melakukan penggalin ini.." Aku mengecek bonus sms yang tersisa, dan alhamdulillah masih ada beberapa bonus. Kabar bahagia yang datang bahwa memang dompetku bersamanya setidaknya menenangkan hatiku.
Permasalahan terakhir, bagaimana saya membayar jasa angkutan yang aku tumpangi ini? Masa aku menggadaikan HP untuk biaya Rp 2.500? Lagipula, apa pak sopirnya mau menerimanya? kalaupun ia menerimanya, lalu bagaimana dengan angkutan berikutnya? aku masih perlu naik angkutan dan becak untuk sampai di rumah. Aku kembali berpikir!
Beberapa detik kemudian, secerca harapan membayangiku. Aku tak punya pilihan selain asking someone to borrow her/his money. Meski ada malu yang sangat besar, mengguncang-guncang ketenanganku, namun percaya diriku ternyata jauh lebih kuat dari rasa malu yang memaju-mundurkan semangatku.
Nekat juga saya ini. Bukankah tak ada seorangpun yang aku kenal?! tapi aku gak punya pilihan! Aku harus tiba di rumah, sebentar lagi azan isya berkumandang.
Alhamdulillah, Allah mengirim hambanya yang sangat baik kepadaku. Seorang jilbaber yang ayu, yang kebetulan duduk di depanku, mau saja meminjamkan uangnya kepadaku. Padahal ia sama sekali tidak mengenalku, melihatkupun baru kali ini, meski kami bergelut dalam atap kampus yang sama.
Namanya, Isnianah, mahasiswi keperawatan angkatan 2006. Meski tergurat sebuah keraguan akan penipuan terhadapnya, namun wajahku ternyata bisa meyakinkannya bahwa aku benar-benar dalam keadaan yang sulit. Bukan untuk memperdayanya! (Sekarang ini terlalu sering terjadi penipuan dengan berbagai motif, jadi wajar saja jika ia was-was. Tindakan yang waspada bukan?)
Alhamdulillah, Allah menyelamatkanku dalam keadaan sulit ini. Alhamdulillah.. asyukurillah... akhirnya tiba juga di rumah. Kejadian ini aku ceritakan kepada setiap penghuni rumahku. Satu kesimpulan gerak yang ada, mereka tertawa mengejek! Ughhhhhh...
Segera aku menelponnya, meminta alamatnya. Aku akan kembalikan uangnya malam ini juga. Aku tidak ingin terbebani dengan permaslahan ini. aku ingin segera menyelesaikannya dan menempel cap case closed dalam sesi ini.
Sekitar pukul 10 malam, aku tiba di pondokannya. Dan berakhirlah kisah ini...
Pesan untuk teman-teman : Jika Anda seorang pelupa seperti saya, jangan pernah menitipkan barang Anda. Dan untuk menghindari kejadian seperti di atas, ada baiknya jika kantong Anda tidak kosong dari beberapa lembar uang.
Thanx to Isnianah...
Met pulkam ya...

Senin, 01 Oktober 2007

Indah dalam Sejuta Warna

Selain membaca, hobby saya yang lainnya adalah mengoleksi gambar. Apalagi gambar-gambar animasi, seperti Samurai X, Inuyasha, Naruto dan tentu gamabar-gambar menarik lainnya. Kegemaran saya yang satu ini memberi banyak pelajaran hidup kepadaku. Salah satunya, bahwa hidup ini begitu indah jika dipenuhi warna. Lihat saja sebuah gambar, pasti akan jauh lebih menarik jika full colour. Saya coba mengaplikasikan ilmu warna ini dalam kehidupan. Bahwa begitu indahnya hidup jika dipenuhi dengan warna, meski warna itu saling berbeda satu sama lainnya namun saling menutupi dan melengkapi keurangan masing-masing.

warna dan kehidupan, dua hal yang saling bergantungan. Hidup tiada indah tanpa warna dan warna tiada berarti tanpa kehidupan. Tentu akan muncul sebuah pertanyaan, "lalu bagaimana dengan gambar yang full colour tapi gak hidup alias mati?" atau "Bagimana mungkin semua gambar bisa hidup? Untuk ukuran video mungkin bisa saja bergerak dan dikatakan hidup, tapi bagaimana dengan gambar yang tak bergerak seperti foto?" Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tiada salahnya! namun perlu kita pahami bahwa semua pengaturan itu di bawah kendali kita. kitalah yang menentukan gambar tersebut hidup atau tidak! Saya tidak mengajak Anda untuk berpikir gila, atau non realistic, tapi pernahkah Anda mendengar, membaca atau melihat kalimat bijak "It will be A if u think A, yang pada prinsipnya membenarkan asumsi bahwa semuanya berasal dari kita sendiri, dibawah kendali kita. Ketika kita berpikir bahwa gambar tersebut hidup, maka hiduplah ia. Walau mungkin beberapa pasang mata tidak mampu melihat dan merasakannya. Namun itulah kekuatan kita. Kita mampu melihat dari sudut pandang yang tidak bisa dilihat oleh "mata-mata biasa" . Orang-orang yang mampu melihat hal seperti itu kusebut sebagai orang kreatif yang menggunakan seluruh indranya untuk menemukan dunia baru yang belum terjamah oleh siapapun.

Namun terlepas dari konsep di atas, saya menekankan bahwa hidup memang jauh lebih indah jika berwarna. Dan warna akan jauh lebih bermakna jika ia hidup... Maka warnailah hidup Anda dan hidupkanlah warna Anda

Minggu, 30 September 2007

Salam...

Berbicara tentang blog, saya salah seorang pecintanya. Dengan memiliki blog pribadi, ada banyak kesempatan untuk aktualisasi diri khususnya dalam menulis. Tapi kadang saya mendapat kesulitan. Apalagi kalu bukan masalah waktu. Biasanya, blog pribadiku akan terbengkalai jika aku sedang fokus pada sesuatu atau sedang mengerjakan hal yang membutuhkan perhatian yang besar. Akhirnya, gak ada tulisan-tulisan baru yang di posting. Hal ini pula yang membuat sebagian orang malas mengunjungi blog kita karena isiny yang gak up date.

Sebenarnya, saya sudah punya blog sebelumnya di blogger. Tapi karena terlalu lama gak pernah di buka lagi, akhirnya lupa deh nama dan passwordnya. Aneh ya! Tapi sudahlah. Gak penting membahas itu karena sekarang saya kembali lagi ke dunia Blogger meski dengan wajah yang sedikit berbeda. Mudah-mudahan bisa exist dalam menulis dan berbagi karya dengan pengguna blogger lainnya. Amiin. Bagi teman-teman yang pernah menjadi bagian dari contact ku, tolong add aku lagi ya..